BERSIHKAN HATI, BULATKAN TEKAD, LAKUKAN YANG TERBAIK TUK MERAIH RIDLO ILLAHI

Selasa, 24 April 2012

Perumpamaan nafkah di jalan Alloh



مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَاللّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴿٢٦١

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(Al-Baqoroh:261)
»»  readmore...

Alloh SWT dekat dengan hamba-Nya

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ ﴿١٨٦


Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran(Al-Baqoroh 186).
»»  readmore...

Minggu, 22 April 2012

Pelajaran saat di Kereta Gumarang


Aku sudah 4 tahun lebih menjalani PJKA(Pulang Jum'at Kembali Ahad) dari Jakarta-Malang. Sebenarnya pekan ini aku gak ada jadwal pulang ke Malang, karena sudah aku jadwalkan satu bulan hanya 2 kali aja bertemu anak dan istri di Malang, untuk ngerem pengeluaran saja, soalnya sekarang harga tiket kereta naik terus apalagi harga tiket pesawat, kalau naik bis lebih murah tapi waktu perjalanannya lebih lama, maka aku pilih kelas bisnis Kereta Gumarang, karena lebih murang dan waktu tempunya lebih cepat, sehingga sampai Malang gak terlalu siang dan kembali ke Jakarta gak telat masuk kantor. Selain itu juga karena anak-anakku  udah mulai besar dan pada kuliah ......yang membutuhkan biaya yang besar pula.

Kondisi ini aku jalani dengan tetap bersyukur kepada Alloh SWT, karena alhamdulillah masih bisa pulang minimal sebulan dua kali, karena kalau di Jakarta sering bertemu dan ngobrol orang-orang yang merantau ke Jakarta untuk mencari nafkah dengan berjualan nasi goreng, jualan minuman kopi berkeliling, ngojek, ternyata mereka pulangnya tidak terjadwal...kalau ada uang yaa pulang...kalau gak ada ya gak pulang...bahkan kadang sampai 3 bualan baru pulang...uang hasil jerih payahnya dikirim aja ke kampung.
Pekan ini alhamdulilllah aku dapat rizki dari Alloh Swt melalui temanku yang biasa bareng naik kereta udah dipindah kerja ke Surabaya yang bisa ditempuh 2 jam ke Malang. Sebagai wujud rasa syukurnya dia kasihkan tiket kereta PP Jakarta-Surabaya ke aku, akhirnya aku bisa pulang lebih dari dua kali insyaAlloh dalam bulan ini, pekan depan pulang lagi karena udah jadwalnya dan dapat tiket Citilink promo.
Dikereta aku satu bangku dengan Bapak-bapak yang umurnya udah sekitar 60-an tetapi masih bugar, beliau  mengantar ibunya pulang ke Cepu, Jawa Tengah, biasa dalam satu bangku biasanya untuk menghilangkan kejenuhan dan memperbanyak teman yaa saling mengobrol, ternyata beliau ini seorang yang punya jabatan Deputi Bidang Pengembangan Sumber daya Perpustakaan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia namanya Drs H.Bambang Supriyo Utomo, M.Lib pejabat setingkat Eselon Satu dalam Kementerian.
Dari hasil ombrolan kami dengan Bapak Bambang, pelajaran yang bisa saya ambil diantaranya;
1. Walaupun sebagai seorang pejabat setingkat eselon satu, tidak sungkan untuk naik kereta kelas bisnis yang harganya 220rb hanya untuk menyenangkan sang ibunda tercinta yang tidak mau  dan tidak kuat naik kendaraan ber-AC, padahal kalau mau naik kereta eksekutif juga bisa atau mengantar pakai mobil pribadi juga bisa.
2. Mengajak umrah bareng ibunda tercinta yang sudah berumur 85-an, dengan sabar menuntunnya pada saat tawaf tanpa kursi roda walupun harus pelan-pelan.
3. Tekadnya yang kuat untuk menjadi orang yang sukses dari anak desa  yang dulunya sekolah di STM yang biasanya setelah lulus langsung kerja, tetapi beliau tidak mau kerja, inginnya bisa kuliah, dan akhirnya diterima di IKIP Semrang. Setelah lulus dari IKIP karena prestasi ditawari menjadi dosen IKIP, lagi-lagi tidak mau, beliau bilang ingin menjadi peneliti, dan akhirnya mendaftar di LIPI(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), setelah sampai menjabat eselorn 4...ditawari menduduki eselon 3.. beliau punya syarat...mau jadi eselon 3 tetapi harus dikursuskan bahasa inggris...agar nantinya ketika menduduki eselon 3 bisa membaca2 literatur bahasa inggris untuk menunjang pekerjaan, tetapi dari pihak LIPI tidak mau karena memang tidak ada pos dana untuk kursus semacam itu...akhirnya tawaran eselon 3 ditolak....dan beliau memilih ikut tes kuliah magister(S-2) di Australia.. dan alhamdulillah diterima. lulus dari Australia...pulang ke LIPI...kemudian tidak lama diangkat menjadi eselon 3. Kemudian ada penawaran eselon 2 di Badan Standar Nasional..maka diterimalah penawaran itu., dengan prestasinya pula...kemudian diangkat menjadi deputy di Perpustkaan Nasional...dan tahun ini akan memasuki masa pensiun.
4. Dalam mengerjaan pekerjaan belau tidak memilih-milih pekerjaan, pekerjaan apa saja yang diberikan atasan kepadanya, walaupun tidak sesuai dengan jenjang pendidikannya, beliau lakukan dengan penuh tanggungjawab, ikhlas, selesai sampai tuntas, dan berupaya ada nilai lebihnya, sehinggga hal itu  menumbuhkan kepercayaan pimpinan dan jabatan-jabatan tertentupun akhirnya diberikan 
5. Aktvitas sosial kemasyarakatan lebih beliau sukai, walaupun sebagai pejabat eselon 1...permintaan warga sekitar rumahnnya untuk menjadi ketua RW tetap beliau terima.....dan selain itu beliau juga menjabat sebagai ketua Perkumpulan Masyarakat Cinta Baca Nasional. Ketika aku tanya;pak biasanya kalau pensiunan  eselon satu itu terjun ke politik untuk menjadi anggota DPR atau Bupati? Beliau bilang; Iya sudah ada yang menwari...tapi samapi saat ini belum berminat di dunia politik yang penuh intrik...saya lebih suka terjun di aktivitas sosial saja.Dan nanti kalau udah pensiun mau bertani saja untuk mengisi kesibukan, lagipula saya dulu juga dari keluarga petani.
6. Kalau dilihat dari cara bercerita dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, beliau tidak terkesan sombong dengan kelebihan dan memamerkan jabatan yang dimilikinya, tetpai ngobrol dengan punuh keakraban dan santai, tidak kaku.
Itulah pelajaran yang aku peroleh dalam perjalanan, semoga bisa menjadi inspirasi bagi yang kebetulan membaca tulisan ini.
 
»»  readmore...